Jumat, 26 Juni 2009

WISATA INFORMASI

Fungsi rekreasi di perpustakaan umumnya berjalan dengan adanya berbagai bahan dan tempat penyaluran hobi baca yang sifatnya memberikan hiburan kepada para pengunjung perpustakaan. Padahal fungsi rekreasi itu dapat dikembangkan lebih luas lagi. Perpustakaan ibaratnya objek wisata, kedua-duanya dapat memberikan fungsi rekreasi kepada para pengunjungnya. Pengunjung perpustakaan di samping dapat mencari dan menemukan informasi yang diinginkannya, dapat pula menikmati rekreasi di perpustakaan. 


Dengan demikian para pengunjung dapat memperoleh hiburan, kesegaran jasmani dan rohani, serta kenangan yang menyenangkan di perpustakaan. Untuk mengembangkan fungsi rekreasi di perpustakaan dapat memodifikasi prinsip pengembangan pariwisata pada umumnya. Perpustakaan dapat mengembangkan tata letak, panorama, fasilitas umum, kenangan, dan pertunjukkan yang memberikan dampak rekreasi terhadap pengunjung perpustakaan.
Setiap pustakawan pasti hapal poin demi poin fungsi perpustakaan apapun jenisnya. Seperti diungkapkan oleh Basuki (1991) fungsi perpustakaan pada umumnya mencakup: 1) penyimpanan bahan pustaka, 2) pelayanan informasi, 3) rekreasi kultural, 4) pendidikan, dan 5) budaya. Bahkan sumber lain melengkapinya dengan fungsi penelitian. Dari deretan fungsi itu pada praktiknya hanya fungsi pendidikan, fungsi informasi, dan fungsi penelitian yang mendapatkan perhatian utama dari berbagai perpustakaan dan para ahli yang berkompeten. Karena memang fungsi-fungsi tersebut merupakan domein perpustakaan. Upaya pengembangannya tidak perlu dibahas lagi, semuanya sudah berjalan sesuai dengan perkembangan perpustakaan dan teknologi informasi secara mutakhir. Simak saja tulisan Darmono (2006) yang menyatakan bahwa, berbagai program untuk membedah gairah pemanfaatan informasi khususnya informasi tercetak telah banyak dicanangkan di Indonesia. Di antaranya ada hari aksara, bulan buku nasional, gerakan wakaf buku, hari kunjung perpustakaan, dan bulan gemar membaca. Semua program itu membuktikan betapa besarnya perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap fungsi informasi atau fungsi pendidikan di perpustakaan. 

Sementara fungsi lainnya seperti fungsi rekreasi kurang mendapatkan perhatian. Buktinya jarang ada tulisan, penelitian, proyek pengembangan, dan diskusi atau pertemuan ilmiah yang khusus membahasnya. Jadi wajar kalau ada kesan perpustakaan pada umumnya merupakan tempat belajar atau menekuni informasi pengetahuan secara serius. Perpustakaan seakan-akan jauh dari kesan memberikan hiburan kepada para pengunjungnya. Berbagai sumber hanya sebatas menjelaskan fungsi rekreasi dapat berjalan di perpustakaan dengan adanya koleksi bahan-bahan ringan seperti komik, majalah, surat kabar, dan bahan pandang dengar yang sifatnya dapat memberikan hiburan kepada masayarakat pemakai. Selain itu perpustakaan sering disebut-sebut pula menjadi sarana hiburan bagi orang yang hobi membaca buku. Inipun bersifat relatif, apa benar orang merasa terhibur dengan membaca? Kebenarannya masih perlu diuji melalui suatu penelitian empiris. Namun terlepas dari semua fakta yang ada, fungsi rekreasi di perpustakaan masih bisa dikembangkan yang lebih luas lagi. Perpustakaan ibaratnya objek wisata, kedua-duanya dapat memberikan fungsi rekreasi terhadap masyarakat yang menjadi pengunjungnya. Orang yang berkunjung ke perpustakaan dapat memperoleh hasil serupa dengan orang yang melakukan kunjungan wisata. Mereka sama-sama melakukan rekreasi untuk mendapatkan hiburan, kesegaran jasmani atau rohani, dan kenangan. Ketiga aspek itu dapat menjadi dasar pendekatan bagi pengembangan fungsi rekreasi di perpustakaan. 
Rekreasi pada hakekatnya merupakan salah satu tujuan utama dari pariwisata apapun jenisnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) disebutkan bahwa, pariwisata adalah aktivitas yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi. Rekreasi itu sendiri mencakup dua aspek, yaitu penyegaran kembali badan atau pikiran, dan mendapatkan hiburan. Jadi orang yang melakukan rekreasi akan mendapatkan hiburan, keadaan santai, dan kesenangan. 
Smith & Eadington (1996) mengungkapkan bahwa pariwisata ada lima jenis, yaitu: 1) pariwisata etnis, 2) pariwisata budaya, 3) pariwisata historis, 4) pariwisata lingkungan, dan 5) pariwisata rekreasi. Pariwisata yang satu berbeda dengan pariwisata lainnya berdasarkan objek wisata yang disuguhkannya. Berdasarkan pengelompokkan tersebut, fungsi rekreasi di perpustakaan mendekat ke arah pariwisata rekreasi. Untuk pengembangan fungsi rekreasi di perpustakaan dapat mengadaptasi prinsip-prnsip pengembangan pariwisata rekreasi. World Trade Organization menjelaskan pariwisata sebagai bentuk kegiatan wisatawan mengadakan perjalanan untuk hiburan atau rekreasi. Di dalamnya mencakup rencana perjalanan, saat di perjalanan, dan kegiatan serta kenang-kenangan di tempat tujuan perjalanan wisata. Jadi pariwisata meliputi semua aktivitas yang terjadi ketika wisatawan mengadakan perjalanan (Ardhana dan Rucianawati, 2002). Menurut Okposin (1999) pariwisata mempunyai empat aspek utama yang memperkuat peran industri, yaitu sebagai berikut: 
Atraksi yang meliputi pertunjukkan sumber daya alam, kebudayaan, entitas, dan hiburan. 
Fasilitas yang meliputi penginapan, restoran, pusat perbelanjaan, dan infrastruktur. 
Transportasi wisatawan dalam menuju dan kembali dari objek wisata 
Sikap dan keramahan dalam pelayanan. Menurut Okposin (1999) keempat aspek tersebut menjadi persoalan penting dalam pengembangan industri pariwisata. 



Keempat aspek tersebut menjadi persoalan penting dalam pengembangan industri pariwisata. Para professional yang bergerak di bidang pariwisata selalu berkembang dan menciptakan objek baru bagi kunjungan wisata (Sinclair and Stabler, 1991). Ini berarti perpustakaan harus menjadi objek wisata yang baru dalam deretan dunia pariwisata. Perpustakaan mempunyai fungsi rekreasi yang dapat menjadi tujuan utama pariwisata. 

Pengembangan Fungsi Rekreasi 
Pengembangan fungsi rekreasi di perpustakaan berarti melengkapi fungsi utama perpustakaan agar lebih menarik dan menghibur para pengunjungnya. Para pengunjung diharapkan tidak hanya gembira berhasil menggali informasi, tapi lebih jauh lagi mereka akan merasa nyaman, gembira, senang, terhibur, segar, dan mempunyai kenangan berkunjung ke perpustakaan. 
Semua itu dapat dilakukan melalui modifikasi pengembangan pariwisata rekreasi. Modifikasi yang dimaksudkan adalah mengambil dan merubah pokok-pokok pengembangan rekreasi pariwisata yang disesuaikan dengan substansi pelayanan perpustakaan. Perpustakaan tidak perlu memikirkan rencana perjalanan, saat di perjalanan, dan akomodasi bagi para pengunjungnya seperti yang diperlukan dalam perjalanan wisata pada umumnya. Pusat perhatian perpustakaan khusus ditujukan pada cara-cara pelayanan wisata informasi terhadap para pengunjung di lokasi perpustakaan. 



1 komentar:

BBO mengatakan...

Saya sendiri masih mencari apakah ada perpustakaan yang berfungsi ganda sekaligus sebagai tempat rekreasi, sehingga nantinya akan dengan mudah memperkenalkan wisata informasi pada generasi penerus kita!